Idris as. Adalah termasuk nabi-nabi yang disebut dalam Al Qur’an, Allah SWT berfirman: “Ismail dan Idris dan Zulkifli, mereka semua adalah orang-orang yang sabar” (QS. Al-Anbiya’ : 85).
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (QS. Maryam : 56-57) Al Qur’an menggambarkan dengan sifat-sifat yang sabar, kebenaran dan ketinggian derajat, beliau adalah nabi pertama yang menerima wahyu dengan perantaraan Jibril untuk memberi petunjuk kepada keturunan Qabil supaya mereka kembali dari kesesatan dan kekafiran mereka dan bertobat kepada Allah SWT dan berjalan menurut syariat-Nya.
Allah SWT mengangkatnya sebagai Nabi pada usia 82 tahun. Beliau melarang orang-orang berbuat kerusakan dari anak-anak Adam, agar tidak menentang syariat Nabi Adam dan Syiits. Sebagian kecil orang mentaati dan sebagian besar membangkang, maka beliau pergi dengan pengikut-pengikutnya ke Mesir. Idris dan pengikut-pengikutnya berdiam di Mesir dan menyerukan kepada orang-orang untuk berbuat kebaikan dan melarang untuk berbuat kejahatan serta menyerukan untuk taat pada Allah SWT.
Al-Qur’an tidak menyebutkan secara terperinci mengenai kehidupan dan ajaran ajarannya, yang paling menonjol membicarakan diri nabi Idris adalah Kitab Tarikhul Hukama. Sebagaimana telah di katakaa bahwa ia menyerukan agama Allah dan berpegang pada kalimat Tauhid dan menyembah Al-Khaliq dan membersihkan jiwa dari siksaan di akhirat dengan amal sholeh di dunia, dan menyerukan agar tidak mementingkan keduniaan serta sebaiknya berbuat keadilan.
Juga dia menyuruh mereka sholat yang di jelaskan kepada mereka tentang cara-caranya, menyuruh merka berpuasa pada hari-hari tertentu, mendorong mereka berjihat, mengeluarkan zakat harta untuk menolong orang-orang yang lemah. Pada cincinya bertulis : “Iman kepada Allah menyebabkan keberhasilan”. Pada baju yang dipakainya saat sholat jenazah bertulis “Orang yang berbahagia ialah siapa yang melihat amal-amalnya yang baik bagi dirinya dan syafaatnya di sisi Tuhannya” Diantara ucapan-ucapanya “Tidaklah seseorang dapat bersyukur kepada Allah atas kenikmatan yang diberikan kepada Allah kepada makhluk-Nya. Apabila kamu berdoa kepada Allah SWT, maka ikhlaskanlah niatnya. Begitu pula puasa dan Sholat, kerjakanlah.
Janganlah kamu mendengki atas rezeki yang mereka peroleh, karena yang mereka nikmati daripadanya hanya sedikit. Barangsiapa melampaui batas kecukupannya, ia pun tidak akan merasa cukup. Kehidupan jiwa adalah didalam hikmah.
Post a Comment