Eksistensi Organisasi dalam Pemberdayaan Pendidikan Perempuan
Pengakuan atas pentingnya sebuah organisasi perempuan dalam meningkatkan pendidikan kaumnya, selama ini masih belum terlihat wujud nyata dalam prakteknya. Semua itu dikarenakan sebuah gerakan sosial membutuhkan kesadaran masa tentang kondisi dan keadaan mereka yang tidak adil, perspektif jangka panjang untuk perubahan sosial, mengidentifikasi personal atau kolektif untuk mengimplementasikan perubahan-perubahan yang diinginkan.
Seringkali, organisasi terbentuk bukan dari suatu gerakan tetapi diciptakan oleh penguasa politik untuk mencapai tujuan. Pada era Orde Baru misalnya, munculnya paradigma WID (Women In Development) yang halaman ini adalah pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK).Dharma wanita yang berakar pada pemikiran militer. Pada akhirnya ABRI-lah yang menentukan sifat organisasi istri dengan mengaitkan organisasi istri kepada struktur organisasi suami.Begitu pula dengan organisasi perempuan lainnya, seperti Korpri, Dharma pertiwi, Wanita kasgoro, juga dipasung dengan muatan ideologi yang sangat militeristik.Sehingga perempuan dibebani patriarkhi ganda. Hirarki gender bertumpu di atas hirarki kekuasaan negara birokratis yang konsekwensinya organisasi-organisasi tersebut mengalami interdepensi yang sangat kuat terhadap struktur organisasi yang ada di atasnya.
Masih banyak lagi organisasi perempuan non pemerintah yang lebih berkonsentrasi pada persoalan-persoalan sosial keagamaan, ekonomi, politik, pendidikan, dan budaya. Seperti organisasi Muslimat, fatayat, Aisyah yang peduli dengan masa depan perempuan sehingga bagaimana menciptakan kegiatan-kegiatan yang bernuansa educatif, untuk menigkatkan sumberdaya perempuan dan kualitas keagamaan mereka.
Troug, menjelaskan berbagai macam organisasi perempuan dan aktivitas di Dunia ketiga dalam berbagai sektor, intisari paparan organisasi perempuan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Organisasitradisional yang berorentasi pada pelayanan, konsentrasinya adalah kesejahteraan sosial biasanya dilakukan oleh perempuan kelas menengah ke atas yang bertujuan meringankan penderitaan yang dialami perempuan miskin melalui pelatihan keterampilan dan sumbangan amal. Organisasi seperti ini tidak memiliki perspektif tentang subordinasi perempuan. Organisasi semacam ini cenderung berkutat disekitar peran gender tradisional, yang membuat prestasi penting dalam bidang pendidikan perempuan, kesehatan dan pelayanan-pelayanan terkait. Organisasi ini dapat diciptakan oleh pemerintah maupun non pemerintah.
b. Seksi perempuan dari partai politik yang terkait oleh program partai politik, ada dua kemungkinan, yang pertama untuk menggaet perempuan agar mendapat suara banyak di parlemen, yang kedua memang ingin memperjuangkan, sehingga diterapkan perspektif peminis dalam program partai.
c. Organisasi pekerja, pengalaman perempuan dalam serikat buruh biasanya kurang baik, terjadinya persaingan dengan buruh pria di dalam memperoleh pekerjaan dan diskriminasi upah serta posisi. Bisa juga kurang perhatian untuk kepentingan-kepentingan perempuan, misalnya yang berkait dengan cuti hamil, bekerja malam, dan penitipan anak.
d. Proyek-proyek perempuan dalam pembangunan, terwujud dalam organisasi-organisasi kecil yang menghasilkan kerajinan tangan atau menyediakan kredit. Proyek ini bisa dari pemerintah maupun non pemerintah.
e. Organisasi masyarakat lapisan bawah (Grass root organization), yang bertujuan dengan sesuatu yang ada kaitannya dengan kesehatan masyarakat, pembebasan buta hurup melawan kekerasan yang memiliki komponen protes dan kegiatan penyadaran yang besar. Organisasi semacam ini sering mengkhususkan diri pada satu isu yang aktual serta konkrit, yang memiliki dampak politik yang sangat besar. Tetapi sering tidak langgeng hanya sebatas tercapainya cita-cita saja. Setelah itu tidak terawat lagi. Pada umumnya dikelola perempuan kelas menengah untuk membela kepentingan-kepentingan perempuan miskin.
f. Organisasi penelitian perempuan. Didirikan oleh para ilmuan kelas menengah yang berusaha menjalankan riset yang inovatif dan memperoleh perspektif feminis dalam penelitian mereka yang dapat memberikan dampak positif terhadap pengambilan keputusan politik.
g. Organisasi perempuan profesi yang berkaitan dengan satu profesi misalnya, dokter, wiraswasta, ahli hukum dan organisasi lain yang bertujuan membela kepentingan profesi mereka.
Sejak perempuan dalam kandungan, sampai akhir hayatnya selalu ditempakan untuk melakukan peran-peran partikularistik, melakukan pekerjaan-pekerjaan yang diorientasikan pada tugas permanen, yaitu pekerjaan domestik untuk mengurusi rumah tangga. Kondisi semacam ini diungkapkan Epsein Ed, dalam bukunya “The Endles day” yaitu “ A Women Work Never Done”.
Post a Comment